Senin, 13 Juli 2015

(Review) DEARY

Oleh: Johannes Gurning

image
ISBN       : 978-602-02-6559-9
Penulis   : T Sandi Situmorang
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tebal       : 200 halaman.
Novel ini mengisahkan kisah cinta anatara manusia, bidadari, vampir dan kuntilanak.
Rara seorang bidadari yang kehilangan selendangnya terpaksa harus tinggal di bumi. Keenam kakaknya tidak sudi membawanya serta ke khayangan. Pada akhirnya Ditmar, seorang pemuda yang tinggal dekat sungai tempat Rara dan keenam saudaranya biasa mandi, menemukan Rara dan mengajaknya tinggal bersama.
Sementara di sisi lain, Lana seorang kuntilanak memendam cintanya pada Jett. Seorang Vampir berwajah ganteng. Jett lebih menganggap Lana sebagai seorang adik.
Saya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan novel keempatbelas Bang T Sandi Situmorang ini. Desain covernya yang soft dan enak dipandang mata. Awalnya saya berpikir jika kisah dalam novel ini mengisahkan tentang kisah dongeng klasik yang dibalut dengan sentuhan modern. Dan ternyata, anggapan itu salah, Saudara!
  Jangan heran jika kau salah kaprah dengan isinya. Karena di awal cerita kau akan diajak untuk terbahak cantik ala Sandi. Opening yang memukau, menurutku. Mungkin ini cara dia untuk membuat pembaca terus melahap hingga akhir tanpa menemukan rasa jenuh yang berarti.
  Membaca seluruh isinya mengingatkanku akan dongeng masa kecil; Jaka Tarub dan 7 Bidadari. Namun Sandi Situmorang berhasil mengolaborasikan setiap tokoh dari sisi yang lain(misalnya vampir, kuntilanak, genderuwo) dan kau tidak akan ditakut-takuti oleh mereka. Justru kau akan terbahak dan lupa betapa mengerikannya sosok kuntilanak juga vampir.
 
Jika tadi aku sudah berkoak banyak tentang kelebihannya, kisah ini tak lepas dari berbagai kekurangan yang menurutku sedikit menganggu. Pertama, soal setting yang terkadang membuatku selaku pembaca sedikit kebingungan. Seandainya penulis menunjuk satu nama tempat(bukan semata desa, kota dan hutan)yang dijadikan latar kisah mungkin saya selaku pembaca bisa membedakannya. Jujur di bagian itu saya kadang mengerutkan kening. Kedua, disengaja atau tidak ada typo sedikit yaitu penulisan istilah asing. Ketiga, perubahan sikap tokoh yang tiba-tiba tanpa sebab. Misalnya, Ditmar yang awalnya tidak bersemangat (tidak ada alasan yang jelas)tiba-tiba berubah sangat bersemangat dalam waktu yang singkat (kalau saya tidak salah, saya menemukannya di halaman 63)
Hanya itu sih!
Untuk pesan moral yang bisa saya petik dari kisah ini, ada kalanya kita merelakan apa yang tidak bisa kita miliki. Sama halnya dengan tokoh-tokohnya, sekalipun mereka sudah mencintai setengah mati, namun mereka juga harus mampu merelakan ketika cinta itu tidak bisa terwujud.
Ada quote yang sangat saya sukai dari naskah ini yakni:
” Rindu adalah siksaan ketika tidak memiliki jalan untuk menunaikannya”
Thats great quote sampe aku nyesek karna kerap merasakanya *curhat*
And finally, I give 4 star for this book. Awesome! And I recoccomend this book to you :)

Sumber: dari sinidari sini

1 komentar:

  1. mas, review saya udah saya tweet di tweeter ya. ini link blognya http://vennymandasari.blogspot.com/2015/09/deary-t-sandi-situmorang.html :)
    kalo mau di copas di blog abang trus baru disare juga gak papa :)

    BalasHapus