Suatu hari saya ngirim SMS sama seorang penulis yang ngakunya dah hebat (gak dia bilang langsung sih, tapi itu tersirat dari tulisan-tulisannya yang sering saya baca diblognya. Memang di blognya itu saya lihat jumlah bukunya banyaknya gak kira-kira, tapi hanya satu dua yang saya lihat mejeng di toko buku. Yang lain gak tau mejeng di mana, tapi semoga aja bukan mejeng di kuburan.)
isi pertanyaan saya adalah: penerbit apa yang menurut dia mudah ditembus untuk novel remaja.
Jawabnya: dia gak tau. tapi lebih bagus kirim ke penerbit solid, biar kedepannya lebih mudah.
Saya balas lagi: kirim ke penerbit besar, gak ada kabar. setahun kemudian saya tanya ke penerbit, katanya gak ada menerima naskah saya. kirim ke penerbit kecil, sampai empat tahun gak ada kabar.
setelah itu gak ada responya lagi.
eh, gak dinyana-nyana, beberapa hari kemudian, saya berkunjung ke blognya, pertanyaan saya dia buat diblognya dengan komentar panjang lebar. isinya kurang lebih, dia prihatin dengan saya yang nyaris 'putus asa' dan nggak ada habis pikir ada penulis yang gampang menyerah, seperti saya. Dia juga menyontohkan dirinya sendiri yang gak gampang putus aja, karena dulunya naskahnya juga sering ditolak media.
saya gak habis pikir. atas dasar apa dia menuduh saya 'nyaris putus asa, dan gampang menyerah. saya mencari penerbit yang rada mudah ditembus dengan berbagai pertimbangan saya sendiri. kalo bicara ditolak media, SAYA RAJANYA. tapi saya gak perlu beberkan bagaimana perjuangan saya untuk menggolkan cerpen pertama saya yang dimuat media.
ketika malamnya saya mengSMS beliau dan menyatakan ketidaksukaan saya atas komentarnya, lebih sejam kemudian, dia membalas dengan dua kata: terima kasih.
saya tersenyum dan langsung mendelete nomornya dari hape saya.
isi pertanyaan saya adalah: penerbit apa yang menurut dia mudah ditembus untuk novel remaja.
Jawabnya: dia gak tau. tapi lebih bagus kirim ke penerbit solid, biar kedepannya lebih mudah.
Saya balas lagi: kirim ke penerbit besar, gak ada kabar. setahun kemudian saya tanya ke penerbit, katanya gak ada menerima naskah saya. kirim ke penerbit kecil, sampai empat tahun gak ada kabar.
setelah itu gak ada responya lagi.
eh, gak dinyana-nyana, beberapa hari kemudian, saya berkunjung ke blognya, pertanyaan saya dia buat diblognya dengan komentar panjang lebar. isinya kurang lebih, dia prihatin dengan saya yang nyaris 'putus asa' dan nggak ada habis pikir ada penulis yang gampang menyerah, seperti saya. Dia juga menyontohkan dirinya sendiri yang gak gampang putus aja, karena dulunya naskahnya juga sering ditolak media.
saya gak habis pikir. atas dasar apa dia menuduh saya 'nyaris putus asa, dan gampang menyerah. saya mencari penerbit yang rada mudah ditembus dengan berbagai pertimbangan saya sendiri. kalo bicara ditolak media, SAYA RAJANYA. tapi saya gak perlu beberkan bagaimana perjuangan saya untuk menggolkan cerpen pertama saya yang dimuat media.
ketika malamnya saya mengSMS beliau dan menyatakan ketidaksukaan saya atas komentarnya, lebih sejam kemudian, dia membalas dengan dua kata: terima kasih.
saya tersenyum dan langsung mendelete nomornya dari hape saya.
kalo gitu ajarkan ilmu anda ke saya
BalasHapusIlmu apa?
BalasHapus