Dulu, aku hanya bisa mendegut ludah dengan susah payah melihat nama-nama penulis novel yang terpajang di rak-rak toko buku. Tidak sedikit di antara nama penulis novel itu, seangkatan denganku ketika menjadi penulis cerpen di majalah remaja. Memang sih, nggak bisa dipungkiri, cerpen-cerpen yang mereka hasilkan jauh lebih banyak dan bermutu daripada yang kuhasilkan. Tapi tetap aja timbul satu pertanyaan (juga rasa iri dalam hati), kenapa aku nggak bisa-bisa menulis satu novel saja? Jangankan untuk menyelesaikan sebuah novel. Bagaimana cara memulainya saja aku bingung karena nggak mengerti. Rasanya aku udah megap duluan karena harus membuat cerita sekian puluh lembar, bahkan mencapai seratusan lembar.
Sampai akhirnya awal tahun 2009, dengan susah payah, tanya sana-tanya sini, baca ini baca itu, aku belajar buat novel. Novel anak awalnya. Dan sampai hari ini, aku udah menyelesaikan tiga novel remaja dan satu novel anak. Memang novel anak itu ditolak oleh sebuah penerbit dan ketiga novel remaja sedang berjuang pada tiga penerbit. Tetap saja aku senang luar biasa. Karena aku sudah bisa menulis novel. Bagus atau tidak, diterima penerbit atau tidak, itu lain urusan. Karena aku percaya, tidak selamanya novel-novel yang kutulis ditolak penerbit. Suatu hari ini,pasti akan diterima.
Sialnya, begitu aku bisa menulis novel, sekarang menulis cerpen justru aku gagap. Praktis semenjak tahun ini aku hanya menulis sebuah cerpen sastra dan cerpen anak. Cerpen sastra bernasib lebih baik karena dimuat pada dua koran di Medan (bukan karena cerpennya yang bagus, tapi karena akunya yang teledor) sedang cerpen anak bernasib sangat buruk, nggak diterbitkan sama sekali. Sedangkan untuk menulis cerpen remaja, blank sama sekali.
Untungnya, (dasar rakyat Indonesia, untung melulu!), puisi-puisiku masih sering muncul di koran Medan. Jadi yah, nggak gigit jari amatlah. Masih ada uang buat beli pulsa dan bayar warnet.
ini lea willsen. maaf, ada yang ingin kutanyakan.
BalasHapusd tlsan atas abg blg bruntung cerpen abg muat dua x. w jg ad temukan cerpen itu. klo g slh tu d rebana n kalam y? saat mlihat cerpen tu w langsung kaget dan berpikir, 'bknkah itu pelanggaran? bknkah tu pemuatan ganda yg sering diributkn?' tp krn tak ingin mnjadi org jht n tak ingin berkhianat dgn abg yg slama ini slalu setia mnjadi sahabat sms w, akhirnya w diam j. tp klo lht dr tls abg yg d atas, w rasa sepertinya abg memiliki alasan yang kuat sehingga tak ada rasa tkt ataupun semacamnya. blh tau mengapa cerpennya blh muat d 2 rubrik? apa ada cara tertentu yg mengijinkan hal itu? blh tau alasannya? hehe... slm!
Maaf, Lea! baru balas sekarang.
BalasHapusMaksud abg bukan beruntung dimuat dua kali, tapi beruntung dimuat(dibanding dengan cerpen anak yang gak dimuat)Apapun alasan seorang penulis, cerpen dimuat ganda amat salah dan merupakan pelanggaran. Tapi alasan yang abg berikan dapat diterima redaktur Rebana, kalau redaktur kalam, nggak tau juga. abg coba nggak perduli aja, karena abg juga udah memutuskan untuk pensiun dari koran itu.
jgn pensiun donk... utk menembus sebuah rubrik itu amat susah 'kan? semua penulis pasti jg tau. bkn berharap kalam blacklist abg, tp klo emank trjadi, msh ad rubrik lain d sana 'kan? jgn langsung pensiun dr krn global donk... ok?
BalasHapusmengenai pemuatan ganda, sebenarnya hr tu w jg mrasa seorg t. sandi tak mungkin mlakukan hal demikian hnya krn ingin mncari untung. mk w ykn psti ad alasannya.