Senin, 26 Oktober 2009

Semakin Tinggi Pohon, Semakin Kencang Angin

YUP, pepatah lama ini benar-benar kurasakan sekarang ini. Meski aku bukan pohon beringin yang bisa menaungi orang dari hujan atau sengatan matahari, ataupun pohon mahoni yang menjulang tinggi. Yah, aku masih hanya sebatang pohon cabai yang kecil dan ringkih, tapi angin kencang sudah menerpaku. Ingin merontokkan dahan-dahan lalu kemudian menumbangkan batang pohonku.

Aku memang seorang penulis. Aku tidak terlalu memusingkan diri kalau sampai pada hari ini aku belum berada pada deretan penulis nasional. Aku hanya ingin terus menulis dan menulis. Mengirimkannya pada media, dengan berbagai nama sekalipun. Aku tidak merasa bersalah melakukan itu. Juga tidak munafik, aku sangat butuh honornya.

Aku cuma penulis kelas teri. Sungguh tidak pernah kuduga, jika ternyata ada segelintir orang sirik dengan sepak terjangku. Mungkin pada awalnya dia ingin menyaingiku, lantas akhirnya mencari jalan lain untuk menghentikan langkahku ketika dia tidak berhasil menghadangku dengan karyanya. Akhirnya, orang-orang itu mencari celah untuk menjatuhkanku. Dan harus kuakui, dia memang memegang kartuku. Atau tepatnya, dulu aku memberikan kartu itu kepadanya.


Tapi jangan salah. Mungkin aku terlihat sangat lemah, tapi aku bukan seorang pecundang. Dia tidak akan pernah melihatku mati. Justru aku semakin punya motivasi untuk tumbuh dan berkembang semakin tinggi. Jangan dikira aku tidak tahu siapa penebar angin itu. Aku tahu…Tapi aku tidak akan melakukan tindakan apapun kepadanya.



(kelak ketika SANDI SITUMORANG sekelas PUTU WIJAYA, kau berterimakasihlah pada orang nyinyir itu. Karena mereka, kau jadi melihat langit) SMS dari seorang teman penulis ini, juga semakin menambah motivasiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar