Jumat, 05 November 2010

Langkah Awal Meraih Mimpi

Lama tak postingan, selain memang gak ada bahan, juga karena kegiatanku belakangan ini lumayan padat. Ini tentu saja berhubungan dengan keputusanku untuk tidak lagi TOTAL menulis. Belakangan ini, baru aku sadari, ternyata cintaku dengan dunia tulis menulis tidak sebesar yang selama ini kupikir.

mengintip dapur kreatif beberapa penulis top dan lumayan top di negeri ini, telah membuka pikiranku. Aku tidak akan sanggup mengikuti irama kerja mereka. Statmen ini bukan berarti aku menyerah sebelum tuntas berjuang. Tapi aku sangat sadar, tidak akan betah duduk di depan komputer sampai nyaris belasan jam setiap harinya. (Itu salah satu 'syarat' agar menjadi penulis produktif dan tergolong bisa hidup dari honor tulisan)

Aku tidak betah berdiam diri di sebuah ruangan atau rumah dalam hitungan jam. Aku juga tidak tahan berlama-lama menghadapi sesuatu. Itu aku sadari sedari dulu. Aku juga tersiksa terikat dengan waktu apalagi diatur-atur orang lain. (Pasti ini penyebab aku selalu gonta-ganti pekerjaan, dulunya)

So, aku berpikir, pekerjaan yang layak untukku adalah buka usaha di tempat yang jauh dari rumahku. Jadi aku bisa mondar-mandir kesana-kemari. Selain memuaskan kesukaanku jalan-jalan, tentu saja sekalian mencari rupiah.

Setelah beberapa waktu lalu, buka 'jualan kecil-kecilan' dengan beberapa teman, sekarang aku sedang melirik jualan makanan kesukaanku: BAKSO. Aku sudah melakukan survey beberapa kota di Sumatera Utara, dan akhirnya menemukan sebuah tempat di daerah yang sangat sejuk. Bersama seorang teman yang kelak akan memegang operasional, kami mencoba beberapa resep bakso dan melakukan beberapa inovasi baru. Sayangnya inovasi justru menghancurkan rasa dari bakso.

Target pribadi, warung ini sudah buka di awal Desember.

Kelak, apapun yang terjadi dengan warung bakso itu, dunia menulis tentu saja tidak kutinggalkan secara utuh. Aku tetap menulis, hanya mungkin, memilih konsentrasi pada novel saja.Tidak seperti sekarang, demi rupiah semua tulisan kubabat. Dan hasilnya, sangat tidak maksimal. Karena demi perut, terkadang moodku sedang membara menulis novel, terpaksa harus berpindah pada puisi dengan pikiran amat simple, honor puisi lebih jelas dan cepat cair.

Dengan begitu, aku lebih optimis, suatu hari nanti, naskahku mudah-mudahan diterima penerbit besar dan bergengsi di tanah air tercinta ini. Setidaknya, ini mimpiku. Aku sangat yakin, mimpi merupakan salah satu motivator terhebat.

Percaya atau tidak, jangan mencibir dengan impianku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar