Rabu, 29 April 2015

Tulisan Lama

Benar. Sebenarnya kedua tulisan ini sudah lama dimuat. Kebetulan saja masih tersimpan di laptop, jadi tidak ada salahnya disimpan di sini. Kedua tulisan ini dimuat di hari yang sama di Harian Analisa Medan. Makam Sepanjang Tomok Sampai Pangururan dimuat di rubrik Pariwisata sementara Perlakukanlah Sampah dengan Benar dimuat di rubrik Lingkungan. Kedua rubrik ini hadir seminggu sekali pada hari Minggu.

Sebenarnya, Makam Sepanjang Tomok Sampai Pangururan saya kirim untuk rubrik Opini, tetapi pihak redaksi pastinya berpikir tulisan ini lebih pantas mengisi rubrik Pariwisata. Jadi begitulah...

Ide tulisan Makam Sepanjang Tomok Sampai Pangururan saya dapatkan tentu saja saya dapatkan ketika saya pulang kampung ke Samosir. Bila saya memutuskan pulang kampung via Parapat, saya pasti akan melintasi jalan panjang dari Tomok sampai Pangururan. Di situ, akan bertebaran makam-makam berbagai bentuk dengan segala keunikannya. Memang tampak menarik dan memancing rasa keingintahuan para pendatang (turis), tapi pastinya akan 'mengganggu' pembangungan beberapa tahun (atau mungkin beberapa puluh tahun ke depan). Itulah garis besar isi tulisan ini.

Sementara ide tulisan Perlakukanlah Sampah dengan Benar muncul ketika saya lagi bengong ganteng di tepi pantai Paris alias Parangtritis. Pagi itu, saya melihat pekerja yang sedang membersihkan tepi pantai. Mereka hanya mengubur sampah basah tidak sampai sepuluh sentimeter ke dalam pasir. Sementara sampah kering berupa plastik maupun kertas mereka bakar di tempat itu juga. Sebagian orang pasti berpikir itu tidak salah. Tapi percayalah, tindakan itu bukan cara yang tepat untuk memperlakukan sampah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar