Rabu, 08 Desember 2010

Cerpen Minggu

Minggu pagi, 5 Desember 2010, aku berada di Sidikalang (buat yang tidak tahu: Sidikalang adalah ibukota kabupaten Dairi, berada di Sumatera Utara. Daerah ini, seperti kebanyakan daerah di sekitaran Danau Toba, berhawa sejuk dan terkenal dengan kopinya. Kopi Sidikalang)

Aku sedang leyeh-leyeh di kamar penginapan ketika melalui sms seorang teman mengabarkan, cerpenku dimuat di rubrik Rebana dan Taman Riang, harian Analisa. Ini seperti 'bonus' bagiku. Kedua cerpen tersebut, sudah lebih dari enam bulan kukirimkan. Padahal dulunya, berada di antrian paling hanya sebulan dua bulan. Jadi, aku sudah 'melupakan' kedua cerpen tersebut.

Sore hari, ketika sudah berada di rumah, kutemui lagi sebuah cerpenku di rubrik B'gaul Harian Medan Bisnis. Sayangnya pada cerpen ini, bukan namaku yang tercantum sebagai penulisnya. Melainkan Liven R. Cerpen Liven R sebenarnya dimuat pada edisi sebelumnya.

Berarti pada hari itu, ada tiga cerpenku dimuat di koran Medan. Ini bukan sesuatu yang baru sebenarnya. Dulu, seringkali hal ini kualami. Dan puncak tertinggi pada tanggal 5 Agustus 2007. Ketika itu, 5 buah cerpenku dimuat sekaligus pada tiga koran yang berbeda di Medan.

Di sini, aku bukan hendak memamerkan. Yang ingin kusampaikan adalah, regenerasi selalu terjadi dalam hal apapun. Penyebabnya bisa karena berbagai hal, entah karena seseorang bosan berada di tempat yang sama dalam waktu yang lama, atau juga tergusur karena tiada mampu bersaing dengan yang lain.

Setahun dua tahun lalu, karyaku sangat banyak menghiasi koran Medan. Entah cerpen, puisi, artikel kecil, bahkan humor. Nyaris setiap minggu. Namun sekarang, bisa saja dalam sebulan, sebuah karyaku tidak muncul.

Beberapa teman dan kenalan bahkan bertanya, kenapa aku tidak pernah menulis lagi. Dan kukatakan, aku tetap menulis dan mengirimkan karya ke koran Medan. Hanya saja sangat jarang yang dimuat. Entahlah, aku tak mengerti pasti penyebabnya. Mungkin karyanya sudah melemah dari yang dulu, atau karya penulis lain yang unggul pesat dari karyaku.

Aku tak tahu pasti. Hanya yang kusadari, aku memang tak lagi segencar dulu 'menyerang' koran Medan. Penyebabnya juga sangat kompleks. Tak bisa kusebut di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar