Kita Berpisah
Bersama kita menapaki hari
indah
bertautan tangan
kita sama mengerti
akan tiba hari seperti ini
:tangan kita melepas
tubuh kita direntang takdir
seperti kerap kusebut
ini tak mudah
teramat sulit
Titian Bianglala
Sesaat kita berpisah
sejak dulu aku meyakini kau
berada di titian bianglala
kau bermain dan berlari
entah berapa lama waktu
memisah
hingga tiba masa sesaat kau
terpaku
menatap satu titik yang kian
besar
:kau berlari secepat angin
melompat dalam pelukanku
mengaduh pelan tanpa
bertanya
berapa keping waktu
menghadang kita
Waktu
Tak akan pernah bisa kita
genggam
walau selalu kita setubuhi
ia terus bergerak
mengantar pada takdir-takdir
kita
Rindu
Waktu memekat
rinduku menggumpal
kemana hendak kutuang
sebab jarak tak
terlipat
inilah rindu yang paling
perih
saat kita dipisah napas
*Dimuat di Rubrik Cerpen & Puisi Harian Analisa, 12 Oktober 2016. Saya kirim pada 7 Oktober 2016. Puisi ini untuk Jati. Walau pada saat itu Jati masih ada, tapi saya yakin tidak lama lagi ia akan berpulang.
Dan itulah yang terjadi.
Dan itulah yang terjadi.
:( :( :(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar