Jumat, 15 Februari 2019

Tidak Buang Sampah ke Danau Toba



Tidak Buang Sampah ke Danau Toba*



Selepas bersilaturahmi ke rumah keluarga, masyarakat biasanya menghabiskan libur Lebaran dengan berkunjung ke pusat hiburan atau berlibur keluar kota atau bahkan keluar negeri. Khusus di Sumatera Utara, salah satu objek wisata yang diminati untuk menghabiskan masa libur Lebaran adalah Danau Toba.


Danau Toba diapit tujuh kabupaten, yaitu, Karo, Simalungun, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Dairi dan Samosir. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, daerah yang benar-benar ditumpahi wisatawan adalah Parapat di Kabupaten Simalungun, serta Tomok dan Tuktuk di Kabupaten Samosir. Belakangan, Pantai Pasir Putih Parbaba di Samosir juga telah dipadati pengunjung saat liburan.


Menurut kalender tahun masehi, Lebaran tahun 2017 jatuh pada tanggal 25 dan 26 Juni 2017.  Bila berkaca pada libur Lebaran tahun-tahun sebelumnya, puncak wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba terjadi sampai tanggal 2 Juli 2017, tepat di hari Minggu. Pada saat itu, jalanan di Parapat akan disesaki kendaraan bermotor. Sementara di Tomok  dan Ajibata, antrean kendaraan roda empat ke atas mengular untuk diangkut kapal feri.


Kepadatan wisatawan pada hari libur di Danau Toba selalu berbanding lurus dengan jumlah pedagang dadakan. Penduduk setempat memanfaatkan momen ini untuk berdagang minuman botol dan mie instan siap seduh. Alhasil, dengan bertambahnya wisatawan dan pedagang, sampah yang dihasilkan pun melonjak drastis. Tidak dimungkiri, Danau Toba dan sekitarnya memang tidak terlalu bersih walau bukan musim liburan.  Tetapi bila puncak liburan, saat itu pula sampah membludak. Sampah-sampah ini akan berserakan di jalan-jalan, di bibir danau bahkan sampai ke tengah danau. Sampah yang mengapung di tengah danau, bisa jadi terbawa arus dari bibir danau, atau memang dibuang penumpang kapal yang melintas.


Buang Sampah Sembarangan


Sebagian besar masyarakat Indonesia, kebiasaan buang sampah sembarangan sudah mendarah daging. Walau tersedia wadah  sampah, tanpa merasa bersalah masyarakat buang sampah di sembarang tempat. Demikian juga dengan wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba.


Khusus di Danau Toba, wisatawan dan pengusaha atau pedagang  bahu membahu menebar sampah di sana. Perhatikan pedagang makanan di bibir danau yang berada di Ajibata, Tiga Raja maupun Tomok. Mereka membuang limbah usahanya langsung  ke dalam air. Setali tiga uang dengan wisatawan, tidak sungkan wisatawan membuka kaca mobilnya hanya untuk buang sampah di jalanan.  Wisatawan yang menaiki kapal penyeberangan buang sampah ke dalam air, padahal di atas kapal tersedia wadah sampah. Bahkan ada wisatawan yang sedang bersantai di bibir danau membuang pampers bekas pakai ke dalam air.  Di Pantai Pasir Putih Parbaba, segerombol wisatawan memasak di atas pasir, kemudian membuang air dan minyak goreng bekas pakai di atas pasir. Sampah-sampah yang dibuang ke dalam air, terutama plastik atau kaca, butuh waktu ratusan tahun agar terurai. Sementara sampah organik dan minyak bekas yang dibuang ke dalam Danau Toba  setidaknya akan menyebabkan pesatnya pertumbuhan eceng gondok. Eceng gondok ini akan berebut oksigen dengan ikan-ikan yang hidup di sana.


Tidak terbayangkan seperti apa Danau Toba bila kebiasaan buang sampah langsung ke dalam danau tidak dihentikan sekarang juga.


Wisatawan Penjaga Lingkungan


Setiap wisatawan menginginkan lokasi yang dikunjungi keadaannya bersih terawat dan bebas sampah. Sayangnya, Danau Toba sekitarnya, belum memuaskan seluruh wisatawan. Masyarakat, pedagang dan pelaku industri, bahkan pemerintah setempat memang belum sepenuhnya sadar pentingannya kebersihan lingkungan demi kemajuan pariwisata Danau Toba.


Kita, sebagai wisatawan yang memahami pentingnya menjaga kebersihan, hendaknya tidak turut menambah kekotoran dengan buang sampah sembarangan. Dengan cara halus, wisatawan bisa mengingatkan, khususnya pedagang dan pelaku industri lainnya di Danau Toba tentang pentingnya kebersihan lingkungan. Seperti misalnya, bertanya kepada mereka, di mana letak tempat pembuangan sampah ketika kita tidak melihatnya di sekitar kita. Bukan membuangnya sembarangan. Kelak, mereka akan menyediakan tempat sampah ketika semakin banyak wisatawan bertanya. Harapan kita, tentu saja, mereka turut terbiasa tidak buang sampah sembarangan.


Wisatawan yang baik adalah wisatawan yang tidak mencemari dan tidak merusak tempat yang dikunjungi. Bila tidak mampu meninggalkan tempat yang dikunjungi dalam keadaan jauh lebih baik dibanding saat mendatanginya setidaknya tidak membuatnya lebih buruk. Jangan tinggalkan sampah di sembarang tempat, cukup tinggalkan jejak kaki. Itulah tandanya wisatawan jempolan.



*Dimuat Rubrik Opini, Harian Analisa Medan, 4 Juli 2017. Judul dari saya, Berwisata ke Danau Toba, tidak Buang Sampah Sembarangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar