Senin, 30 September 2019

Pojok Baca dalam Rumah



Bagi sebagian masyarakat Indonesia, buku  bukanlah  kebutuhan. Orangtua belum terbiasa memberi buku sebagai hadiah kepada anaknya. Kalaupun, sekali dua kali, anak memiliki buku selain buku pelajaran sekolah, nasib buku tersebut  sangat menyedihkan selepas dibaca. Entah dibuang karena sobek di sana-sini, menyelip di tumpukan koran atau teronggok di bawah lemari dan tempat tidur.

Sebab tidak membutuhkan buku, orangtua tidak memikirkan ruang penyimpan buku saat membeli atau membangun rumah. Ketiadaan ruang penyimpan buku tidak semata karena terbatasnya ruangan yang dimiliki. Sebab faktanya, rumah besar yang memiliki ruang penyimpan sepatu atau pakaian, tidak memiliki ruang penyimpan buku. Bagi mereka, buku yang dibutuhkan cukup simpan dalam kamar masing-masing. Sementara yang tidak, segera disingkirkan.


Berawal dari Rumah
Keluarga merupakan bagian paling kecil dalam masyarakat, dan rumahlah dunia pertama yang dikenal oleh anak. Rumah adalah pabrik pencipta karakter anak. Karakter anak saat berada di tengah masyarakat, tergantung dari pendidikan karakter yang didapatnya dari rumah. Memang, lingkungan dan pergaulan dapat mempengaruhi karakter anak. Tetapi, semuanya berpulang pada modal karakter yang dia bawa dari rumah.  Anak berbekal karakter kuat dari rumah membuatnya tidak mudah goyah saat bersosialisasi di tengah masyarakat.

Seperti tersebut di atas, karakter anak pertama kali tercipta dari rumah. Karakter tersebut terbentuk melalui kesehariannya dalam rumah. Melalui pola asuh orangtua, sosialisasi antar anggota keluarga serta kegiatan sehari-hari dalam rumah.

Karakter anak yang selalu mengurung diri dalam kamar akan berbeda  karakter dengan anak yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga. Anak yang selalu menghabiskan waktu di luar rumah atau di depan televisi akan berbeda karakter dengan anak yang kerap membaca buku.

Tumbuhkan Budaya Baca dari Rumah
Minat baca masyarakat Indonesia masih sangat lemah. Berdasarkan  hasil riset  yang dikeluarkan Central Connectitut State University (CCSU), Indonesia menempati posisi ke-60 dari 61 negara yang diriset. Salah satu penyebab lemahnya daya baca masyarakat Indonesia berasal dari rumah. Seperti tersebut di atas, orangtua tidak membiasakan anak-anaknya membaca buku sejak kecil. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, membaca hanyalah sebuah hobi. Lakukan, maksudnya membaca,  jika kamu suka dan jangan lakukan bila tidak suka.

 Padahal, terbiasa membaca buku sejak kecil akan meningkatkan kemampuan otak serta mental anak, menambah wawasan dan meningkatkan prestasi akademik. Selain itu, terbiasa membaca buku sejak kecil,  akan membangun citra diri yang kuat serta percaya diri pada anak. Inilah yang membuat anak tidak mudah terpengaruh dalam pergaulan di luar rumah.  

Untuk itu, orangtua perlu mengenalkan buku pada anak sejak dini. Seperti misalnya, mampir ke toko buku saat berjalan ke pusat perbelanjaan atau mengajak anak mengunjungi pameran buku dan perpustakaan.  Sering berhadapan dengan buku serta pecinta buku, diharapkan memancing keinginan anak untuk membaca buku. Tak lepas sampai di situ, orangtua pun harus sering membacakan buku pada anak-anak, bila anak belum pandai membaca.

Sebagai pemancing minat anak, sediakan buku yang mereka suka. Percayalah, buku fiksi sekalipun bermanfaat untuk anak. Membaca fiksi yang sesuai untuk umur anak akan membantunya mengembangkan kemampuan verbal dan memperluas jangkauan imajinasinya.

Pojok Baca dalam Rumah
Dalam tujuan memupuk minat baca pada anak, ada baiknya sediakan ruang baca dalam rumah. Ruangan tidak perlu besar, bahkan cukup hanya dengan satu pojok dalam rumah. Di sana tempatkan rak berisi beragam buku. Setiap hari, seluruh anggota keluarga wajib menghabiskan waktu di sana, sembari membaca dan berinteraksi. Kegiatan ini, selain mendapat informasi dan pengetahuan dari buku, juga akan meningkatkan ikatan antara orangtua dan anak serta anggota keluarga lainnya.

Percayalah, tidak harus orang kaya dapat mewujudkan pojok baca dalam rumah. Harga buku memang mahal, namun dapat disiasati dengan membeli buku bekas atau saat bazar. Bahkan dapat meminjam buku dari perpustakaan.  Berdasarkan survey yang dilakukan Perpustakaan Nasioanal Republik Indonesia (PNRI) pada Maret 2019 terdapat 164.610 perpustakaan di seluruh Indonesia. Sejumlah 42.460 di antaranya adalah perpustakaan umum, yang artinya dapat dimasuki  semua lapisan masyarakat. Keluarga dapat berkunjung ke perpustakaan umum hingga malam bahkan pada  hari Minggu.

Penutup
Kebanyakan orang berpikir,  sarana hiburan dalam rumah hanyalah televisi.  Tentu ini mudah membuat keluarga bosan hingga mereka rela mengeluarkan uang tidak sedikit demi mendapat hiburan di luar rumah. Namun bagi pecinta buku, buku adalah hiburan yang tidak ternilai.  Dengan berkumpul di rumah saja, duduk di pojok baca sembari membaca dan berdiskusi mengenai isi buku, sebuah keluarga sudah mendapatkan hiburan yang berkualitas serta menghemat pengeluaran.

Buku adalah jendela dunia. Dan tidak semua hal yang  ada di dunia ini baik untuk anak. Di sanalah peran orangtua untuk memilah jendela mana yang harus dia buka untuk anaknya. Artinya, orangtua harus menyeleksi buku yang sesuai untuk umur anaknya. Namun, jangan sesekali orangtua membatasi jenis buku yang harus dibaca anak, sebab selalu ada yang bisa dipetik dari setiap buku yang dibaca.
***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar