Bagi sebagian masyarakat Indonesia, buku bukanlah kebutuhan. Orangtua belum terbiasa memberi
buku sebagai hadiah kepada anaknya. Kalaupun, sekali dua kali, anak memiliki
buku selain buku pelajaran sekolah, nasib buku tersebut sangat menyedihkan selepas dibaca. Entah
dibuang karena sobek di sana-sini, menyelip di tumpukan koran atau teronggok di
bawah lemari dan tempat tidur.
Sebab tidak membutuhkan buku, orangtua tidak
memikirkan ruang penyimpan buku saat membeli atau membangun rumah. Ketiadaan
ruang penyimpan buku tidak semata karena terbatasnya ruangan yang dimiliki.
Sebab faktanya, rumah besar yang memiliki ruang penyimpan sepatu atau pakaian,
tidak memiliki ruang penyimpan buku. Bagi mereka, buku yang dibutuhkan cukup simpan
dalam kamar masing-masing. Sementara yang tidak, segera disingkirkan.
Berawal dari Rumah
Keluarga merupakan bagian paling kecil dalam
masyarakat, dan rumahlah dunia pertama yang dikenal oleh anak. Rumah adalah
pabrik pencipta karakter anak. Karakter anak saat berada di tengah masyarakat,
tergantung dari pendidikan karakter yang didapatnya dari rumah. Memang,
lingkungan dan pergaulan dapat mempengaruhi karakter anak. Tetapi, semuanya
berpulang pada modal karakter yang dia bawa dari rumah. Anak berbekal karakter kuat dari rumah
membuatnya tidak mudah goyah saat bersosialisasi di tengah masyarakat.
Seperti tersebut di atas, karakter anak pertama kali
tercipta dari rumah. Karakter tersebut terbentuk melalui kesehariannya dalam
rumah. Melalui pola asuh orangtua, sosialisasi antar anggota keluarga serta
kegiatan sehari-hari dalam rumah.
Karakter anak yang selalu mengurung diri dalam kamar
akan berbeda karakter dengan anak yang
sering berinteraksi dengan anggota keluarga. Anak yang selalu menghabiskan
waktu di luar rumah atau di depan televisi akan berbeda karakter dengan anak
yang kerap membaca buku.
Tumbuhkan Budaya Baca dari Rumah
Minat baca masyarakat Indonesia masih sangat lemah.
Berdasarkan hasil riset yang dikeluarkan Central Connectitut State University (CCSU), Indonesia menempati
posisi ke-60 dari 61 negara yang diriset. Salah satu penyebab lemahnya daya
baca masyarakat Indonesia berasal dari rumah. Seperti tersebut di atas, orangtua
tidak membiasakan anak-anaknya membaca buku sejak kecil. Bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia, membaca hanyalah sebuah hobi. Lakukan, maksudnya membaca, jika kamu suka dan jangan lakukan bila tidak
suka.
Padahal,
terbiasa membaca buku sejak kecil akan meningkatkan kemampuan otak serta mental
anak, menambah wawasan dan meningkatkan prestasi akademik. Selain itu, terbiasa
membaca buku sejak kecil, akan membangun
citra diri yang kuat serta percaya diri pada anak. Inilah yang membuat anak
tidak mudah terpengaruh dalam pergaulan di luar rumah.
Untuk itu, orangtua perlu mengenalkan buku pada anak
sejak dini. Seperti misalnya, mampir ke toko buku saat berjalan ke pusat perbelanjaan
atau mengajak anak mengunjungi pameran buku dan perpustakaan. Sering berhadapan dengan buku serta pecinta
buku, diharapkan memancing keinginan anak untuk membaca buku. Tak lepas sampai
di situ, orangtua pun harus sering membacakan buku pada anak-anak, bila anak
belum pandai membaca.
Sebagai pemancing minat anak, sediakan buku yang
mereka suka. Percayalah, buku fiksi sekalipun bermanfaat untuk anak. Membaca
fiksi yang sesuai untuk umur anak akan membantunya mengembangkan kemampuan
verbal dan memperluas jangkauan imajinasinya.
Pojok Baca dalam Rumah
Dalam tujuan memupuk minat baca pada anak, ada
baiknya sediakan ruang baca dalam rumah. Ruangan tidak perlu besar, bahkan
cukup hanya dengan satu pojok dalam rumah. Di sana tempatkan rak berisi beragam
buku. Setiap hari, seluruh anggota keluarga wajib menghabiskan waktu di sana,
sembari membaca dan berinteraksi. Kegiatan ini, selain mendapat informasi dan
pengetahuan dari buku, juga akan meningkatkan ikatan antara orangtua dan anak
serta anggota keluarga lainnya.
Percayalah, tidak harus orang kaya dapat mewujudkan
pojok baca dalam rumah. Harga buku memang mahal, namun dapat disiasati dengan
membeli buku bekas atau saat bazar. Bahkan dapat meminjam buku dari
perpustakaan. Berdasarkan survey yang
dilakukan Perpustakaan Nasioanal Republik Indonesia (PNRI) pada Maret 2019
terdapat 164.610 perpustakaan di seluruh Indonesia. Sejumlah 42.460 di
antaranya adalah perpustakaan umum, yang artinya dapat dimasuki semua lapisan masyarakat. Keluarga dapat
berkunjung ke perpustakaan umum hingga malam bahkan pada hari Minggu.
Penutup
Kebanyakan orang berpikir, sarana hiburan dalam rumah hanyalah
televisi. Tentu ini mudah membuat
keluarga bosan hingga mereka rela mengeluarkan uang tidak sedikit demi mendapat
hiburan di luar rumah. Namun bagi pecinta buku, buku adalah hiburan yang tidak
ternilai. Dengan berkumpul di rumah
saja, duduk di pojok baca sembari membaca dan berdiskusi mengenai isi buku,
sebuah keluarga sudah mendapatkan hiburan yang berkualitas serta menghemat
pengeluaran.
Buku adalah jendela dunia. Dan tidak semua hal
yang ada di dunia ini baik untuk anak.
Di sanalah peran orangtua untuk memilah jendela mana yang harus dia buka untuk
anaknya. Artinya, orangtua harus menyeleksi buku yang sesuai untuk umur
anaknya. Namun, jangan sesekali orangtua membatasi jenis buku yang harus dibaca
anak, sebab selalu ada yang bisa dipetik dari setiap buku yang dibaca.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar