Sewaktu memosting tentang kepergian Jati, saya berpikir tidak akan mengisi blog sampai sebulan kepergiannya. Tuhan merestuinya. Tulisan saya baru muncul di media pada 9 November 2016. Kebetulan yang sangat indah sekaligus membuat sedih, salah satu puisi ini berjudul Jati. :(
Hari Penghabisan
Penghabisan hari penuh hujan
kita tersesat di antara
orang-orang
mereka mengeluh kedinginan
ada yang berteriak gembira
di ujung sekali, ada
perempuan mengusap wajah anaknya
:anak itu berkata lirih, ia
sangat lapar
hujan tak henti-henti
sedang langit semakin pekat
satu-satu menerobos hujan
ada yang merutuk
ada yang memekik
perempuan dan anaknya itu
pergi sembari memeluk perut
kita tetap di sini
membaca-baca langit
meraba-raba angin
inikah hari penghabisan bagi
kita
Binjai, 28 Oktober 2016
Kota Badut
Kota ini makin lucu, Sayang
tetaplah di situ
besarkan anak-anak kita
bersama empasan Danau Toba
jangan biarkan anak-anak
kita besar di sini
:telah lama kota ini hanya
berisi patung dan badut
Jati
Langkah kecilmu telah hilang
tersisa baumu di sini
juga bertumpuk kenangan yang
kusimpan
hari-hari bergerak terasa
lebih lambat
rindu ini terkadang gagal
kupanggul
kehilangan memang selalu
perih
:cinta akan kekalkanmu dalam hati
Kepulangan Kedua
Tetap ada luka
walau ini bukan pertama
semestinya kita telah
belajar
tetapi entahlah, cinta
teramat sukar dipahami
atau barangkali karena kita
sadari
pada kepulangan kedua ini
tak akan pernah ada lagi
kepulangan selanjutnya
ini pulang yang paling abadi
*Dimuat di Rubrik Cerpen & Puisi, Harian Analisa Medan, 9 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar