Telah Lama Kau Rasa
Pada sebuah waktu
tidak kau pahami mana siang mana malam
kakimu terus melangkah
tanganmu menggapai
hidup teramat keras
sering kau terantuk lalu terinjak
kau tidak menjerit
bukan tidak sakit
:telah lama kau
lupa cara menjerit
Pertemuan Terakhir
Tak ada denyut beda pada pertemuan waktu itu
masih sama seperti pertemuan tak terduga kita
ditemani segelas kopi, kubentang perjalananku
dengan manis kau mendengar
lalu membentang perjalananmu sendiri
di ujung waktu, memang kau lesap sesuatu di sakuku
tidak kupahami itu sebagai ucapan perpisahan
biarpun jutaan hari datang dan pergi
seluruh tanah kupijak
tak akan ada lagi pertemuan tanpa sengaja kita
:telah kau selesaikan perjalananmu
sementara aku meragu jalan apa yang tengah kulintas ini
Hilang
seperti inilah akhirnya
kubiarkan bis terakhir pergi
bau hujan semakin kental
aku tidak ingat perjalanan terakhirku
aku lupa dari jalan mana aku tiba
bahkan aku lupa dengan apa aku berada di sini
aku tidak tahu harus ke mana sekarang
aku juga tidak ingat hendak ke mana tadi
aku menjadi kalut, sebab aku tidak tahu siapa aku
Membacamu
semalaman, kubaca
lagi puisi-puisimu
kusebut lagi sebab sering kulakukan
kubaca puisi-puisimu yang itu-itu saja
kemarin kupahami puisimu sebagai luka
kemarin lalu kuanggap sebagai tawa
hari ini kutemukan misteri dalam puisi-puisimu itu
*Dimuat di Rubrik Cerpen & Puisi, Harian Analisa Medan, 24 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar